Home » Jangan Takut menjadi Guru

Jangan Takut menjadi Guru

by Pusdatin
0 comment 190 views

Oleh Rahmatul Ulya S.T.P.*

Sebagai sebuah profesi, seorang guru dituntut memiliki kecakapan dalam mengajar, mengelola kelas, dan juga merancang pembelajaran yang kreatif. Namun, menjadi seorang guru tidak hanya harus memiliki skill itu saja, tapi memiliki tantangan tersendiri.

Tantangan menjadi seorang guru yang utama adalah memahami perilaku murid, karena dengan memahami perilakunya, kita sebagai guru dapat dengan mudah dalam menciptakan mood belajar pada murid agar lebih senang dan semangat saat belajar. Dengan memahami perilaku murid, guru dapat dengan mudah pula dan mengaplikasikan pendidikan karakter. Menurut (Salirawati, 2012) pendidikan karakter yang terintegrasi dalam proses pembelajaran adalah melakukan pengenalan nilai-nilai dan menginternalisasi nilai-nilai ke dalam tingkah laku siswa melalui proses pembelajaran pada semua mata pelajaran. Dengan demikian kegiatan pembelajaran di kelas selain menjadikan siswa menguasai materi yang ditargetkan juga menyadari, mengenal dan menginternalisasi nilai-nilai yang kemudian menjadikannya perilaku.

Seorang guru tidak hanya sekadar mementingkan akademik melainkan juga sikap keseharian anak-anak ketika di sekolah. Kebanyakan anak-anak berhasil dalam akademik tetapi mempunyai nilai sikap yang rendah, sehingga akan memberikan pengaruh buruk terhadap anak-anak di lingkungan sekitar. Guru tidak hanya sekadar memberikan teori dan menjelaskan, tetapi juga mengaplikasikan teori yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga dapat menggunakan model pembelajaran dengan lebih kreatif seperti adanya game dalam belajar atau model-model pembelajaran yang menarik minat siswa untuk belajar. Tidak mudah menjadi seorang guru, karena tidak hanya bekerja untuk dirinya sendiri tetapi juga melibatkan orang lain serta menjadi seorang guru adalah suatu jasa yang tidak pernah terlupakan.

Pengalaman Penulis Menggeluti Dunia Guru

Penulis belajar menjadi seorang guru berawal dari kerja sampingan ketika masih kuliah semester akhir. Pada awal tahun 2019, penulis menggantikan posisi sebagai guru pengganti karena cuti melahirkan selama tiga bulan. Selanjutnya penulis juga menggantikan guru yang telah lulus PNS selama tiga bulan. Niat awal penulis adalah hanya sebagai pekerjaan sampingan, ternyata selama enam bulan penulis menjadi sebagai guru pengganti merasa takut, gelisah, dan juga tentunya bahagia saat penulis dapat memberikan ilmu serta menjadi teman bagi anak-anak.

Kemudian pada bulan Mei 2020 penulis mencoba memberanikan diri untuk mendaftarkan menjadi seorang guru di Sekolah Sukma Bangsa Pidie. Sepanjang perjalanan mengikuti berbagai tes, tentunya penulis merasa sangat minder dengan teman-teman yang juga mengikuti tes bersama, karena rata-rata teman-teman lulusan guru sedangkan penulis hanya lulusan Program Studi Teknologi Hasil Pertanian.

Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, rasa minder penulis terjawab karena lulus menjadi guru Sukma Bangsa Pidie tingkat SD. Ini adalah hal yang tak pernah disangka oleh penulis hingga pada akhirnya digerakkan langkah untuk menjadi seorang guru. Penulis merasa senang karena menjadi guru bukan hanya sebagai pekerjaan saja melainkan juga profesi yang sangat mulia dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga orang lain.

Sebagaimana pendapat Iskarim (2013), slogan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” adalah salah satu julukan yang dapat disematkan kepada sosok guru. Julukan ini mengisyaratkan bahwa betapa besar peran dan jasa yang dilakukan oleh guru selayaknya seorang pahlawan. Meskipun penghargaan terhadap guru nyatanya tidaklah sebanding dengan besarnya jasa yang telah diberikan.

Guru adalah sosok yang dengan tulus mencurahkan sebagian waktu yang dimilikinya untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara dari sisi finansial yang didapatkan sangat jauh dari harapan. Gaji seorang guru rasanya terlalu jauh untuk mencapai kesejahteraan hidup layak sebagaimana profesi lainnya. Hal itulah kiranya menjadi salah satu yang melatarbelakangi mengapa guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Menurut Thamrin dan Bashir (2015) ada empat kategori faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan karier seseorang, si antaranya pertama, faktor genetik yaitu faktor ini dibawa dari lahir berupa wujud dan keadaan fisik serta kemampuan. Keadaan diri bisa membatasi preferensi atau keterampilan seseorang untuk menyusun rencana pendidikan dan akhirnya untuk bekerja. Pandangan ini mengatakan bahwa orang-orang tertentu terlahir memiliki kemampuan besar atau kecil, untuk memperoleh manfaat dari pengalaman pengalamannya dengan lingkungan, sesuai dengan keadaan dirinya. Kemampuan-kemampuan khusus seperti kecerdasan, bakat musik, demikian juga gerak otot, merupakan hasil interaksi pradisposisi bawaan dengan lingkungan yang dihadapi seseorang.

Kedua, kondisi lingkungan yaitu faktor lingkungan yang berpengaruh pada pengambilan keputusan kerja ini, berupa kesempatan kerja, kesempatan pendidikan dan pelatihan, kebijakan dan prosedur seleksi, imbalan, undang-undang dan peraturan perburuhan, peristiwa alam, sumber alam, kemajuan teknologi, perubahan dalam organisasi sosial, sumber keluarga, sistem pendidikan, lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar, pengalaman belajar faktor-faktor ini umumnya ada di luar kendali individu, tetapi pengaruhnya bisa direncanakan atau tidak bisa direncanakan. Sedangkan, yang ketiga, faktor belajar yaitu kegiatan yang paling banyak dilakukan manusia adalah belajar. Ini dilakukan hampir setiap waktu sejak masa bayi, bahkan ada ahli yang mengatakan sejak di dalam kandungan.

Manfaat Menjadi Guru

Manfaat menjadi seorang guru, pertama, tentunya merasa bahagia karena bisa membuat murid menjadi lebih mengetahui apa yang tidak diketahui dari sebelumnya. Kedua, menambah ilmu atau wawasan yang lebih dari berbagai materi yang telah dipelajari. Ketiga, adanya keluarga atau teman baru bagi anak-anak. Keempat, merasa bahagia ketika melihat anak-anak bersemangat saat belajar. Kelima, adanya kesabaran yang lebih ketika menghadapi tingkah laku keseharian anak-anak baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Jadi walaupun tidak mengenyam pendidikan sebagai seorang guru, penulis sangat senang karena hari ini sudah menjadi seorang guru, yang tak lain merupakan hasil dari proses selama ini yang mencintai dunia pendidikan. Karena selain bermanfaat bagi generasi bangsa, menjadi guru juga sama halnya menjadi orang tua kedua dari anak-anak yang saban hari keciprat bahagia oleh tingkah laku yang lucu dari anak-anak sehingga memberikan semangat yang baru bagi penulis untuk terus menggeluti dunia pendidikan sebagai seorang guru. Untuk semua pembaca, pesan penulis, janganlah takut menjadi guru! Mari mewarnai pendidikan, mari mencerdaskan generasi bangsa.[]

Rahmatul Ulya S.T.P. adalah guru Seni Budaya dan Prakarya SD Sukma Bangsa Pidie

*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 02/08/2021

You may also like