Home » Mendidik Sesuai Era

Mendidik Sesuai Era

by Pusdatin
0 comment 145 views

Oleh: Zaitun Hafni*

Pernahkah mendengar istilah generasi Baby Boomers, X, Y, Z dan Alpha? Istilah-istilah ini menggambarkan pengelompokan manusia berdasarkan generasi kelahirannya. Menurut Strauss dan Howe dalam bukunya, Generations: The History of America’s Future, perubahan generasi dalam masyarakat terjadi sekitar 20 tahun sekali. Sebagian dari kita mungkin sudah mengenal istilah generasi Baby Boomers, generasi X, generasi Y atau milenial, dan generasi Z, bahkan kini sudah ada istilah baru untuk menyebut generasi selanjutnya, yaitu generasi Alfa atau Alpha. Setiap generasi mempunyai karakter yang berbeda dan cara tersendiri untuk berekspresi. Karakter yang berbeda ini tentunya timbul karena dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk lingkungan di sekitarnya sehingga membentuk kepribadian tersendiri.

Untuk mengenal lebih lanjut tentang karakteristik kelima generasi tersebut, mari kita bahas satu persatu. Kita awali dengan pembahasan generasi baby boomers. Generasi ini adalah generasi yang lahir sekitar tahun 1946 hingga tahun 1964, yaitu masa setelah berakhirnya Perang Dunia II. Dinamakan baby boomers, karena setelah berakhirnya Perang Dunia II tingkat kelahiran bayi sangat besar seperti boom. Seperti kita ketahui, generasi ini memiliki sikap komitmen, kompetitif, terstruktur, loyal, pekerja keras, dan jiwa pemimpin yang baik. Dikutip dari thebalancecareers.com, generasi ini berorientasi pada pencapaian, berdedikasi, dan berfokus pada karir, sehingga mereka disebut generasi workaholic, tidak suka dikritik, tetapi suka mengritik generasi muda. Selain itu para baby boomers juga termasuk generasi yang mempunyai karakter setia kepada keluarga dan menginginkan agar keturunannya berpendidikan tinggi. Generasi baby boomers dinilai sebagai generasi yang membangun di era setelah Perang Dunia II.

Berikutnya generasi X, merupakan generasi yang lahir sekitar tahun 1965 hingga tahun 1980 di masa perkembangan teknologi baru seperti handphone dan laptop. Generasi X sering disebut dengan baby bust dikarenakan terjadi penurunan angka kelahiran bayi yang signifikan setelah generasi baby boomers. Kita ketahui bahwa generasi X dibesarkan oleh orang tua (baby boomers) yang gila kerja (workaholic). Kondisi tersebutlah yang membuat generasi X tumbuh sebagai generasi yang mandiri, pekerja keras, berorientasi pada karier, fleksibel, dan problem solver (pemecah masalah) yang baik. Melihat kedua orang tuanya banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di luar rumah, para generasi X mulai berpikir untuk mencari alternatif selain pekerjaan formal, seperti dengan berwirausaha atau bekerja di rumah.

Selanjutnya generasi milenial atau generasi Y, yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 1981 hingga tahun 1994 di saat teknologi telah maju. Mereka tumbuh di dunia yang telah mahir menggunakan media sosial dan juga smartphone, sehingga mereka dikenal dapat diandalkan dalam hal pemanfaatan teknologi (tech-savvy). Generasi ini sering dinilai sebagai generasi yang malas karena sering bermain ponsel. Namun, sebenarnya generasi ini adalah generasi yang memiliki keingintahuan tinggi, percaya diri, dan merupakan generasi yang paling banyak membaca. Dikutip dari Forbes, generasi yang lebih dikenal sebagai milenial ini mempunyai passion yang besar dan sangat kreatif untuk membuat passion mereka menjadi sumber penghidupan. Mereka suka bekerja, suka bertualang, dan penuh gairah untuk melakukan hobi yang menjadi bagian penting dari pertumbuhan dan perkembangan pribadinya.

Kemudian generasi Z, yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 1995 hingga tahun 2000-an. Dilansir dari BBC, generasi Z adalah generasi yang masih muda dan tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi sehingga terkadang disebut sebagai i-gen. Generasi Z dinilai sebagai generasi yang ambisius, mahir tentang hal digital, percaya diri, banyak menggunakan bahasa gaul, dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Generasi yang merupakan peralihan dari generasi Y ini, rentan terkena depresi juga anxiety. Di masa perkembangan teknologi yang semakin pesat, membuat generasi ini sangat bergantung pada teknologi, gawai, dan aktivitas di media sosial. Bahkan mereka lebih memprioritaskan popularitas, jumlah followers dan like. Ketergantungan teknologi khususnya sosial media membuat mereka suka dengan hasil instan, cepat, cenderung keras kepala, dan selalu terburu-buru. Meskipun demikian, generasi ini suka dengan tantangan baru, namun haus akan pujian.

Generasi Z memiliki karakter hiperkustomisasi atau penyesuaian identitas mereka sendiri agar dikenal dunia. Sebagai peserta didik karakter ini menyebabkan mereka menjadi terbiasa mengkritisi banyak hal di sekelilingnya, termasuk memberikan masukan terhadap media-media belajar yang digunakannya. Penting bagi lembaga pendidikan untuk memberikan ruang kepada para peserta didik generasi Z dalam menyampaikan gagasan dan penilaiannya tentang proses belajar yang mereka jalani sehari-hari. Karakter lain dari generasi Z adalah Weconomist. Pada karakter ini, generasi Z lebih menyenangi kegiatan yang sifatnya berkelompok dan selalu terhubung dengan sejawatnya. Dalam pembelajaran, karakter ini dapat difasilitasi dengan penerapan pendekatan pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu siswa dan mengondisikan siswa untuk saling berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Dunia pendidikan harus berkesempatan merekonstruksi harapan mereka tentang pendidikan di masa depan. Kenyamanan belajar merupakan hal utama yang harus dirasakan oleh generasi Z.

Terakhir kita membahas generasi Alfa, yaitu generasi yang lahir sekitar tahun 2010 hingga sekarang di zaman dengan teknologi yang semakin berkembang pesat. Sejak dini mereka sudah familier dengan gawai atau gadget seperti smartphone atau laptop. Anak-anak generasi Alfa akan tumbuh dengan gawai di tangan, bahkan tidak pernah bisa hidup tanpa smartphone. Dilansir Business Insider, situasi ketergantungan teknologi pada generasi  Alfa membuat generasi ini menjadi paling transformatif dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Namun, di balik kelebihannya, generasi Alfa sangat membutuhkan peran dan kasih sayang orang tua. Butuh strategi khusus untuk mendidik anak yang terlahir pada generasi ini agar tumbuh menjadi anak yang mahir dengan teknologi tetapi tetap menghargai nilai-nilai kekeluargaan.

Pada era di mana teknologi selalu berkembang secara konstan, generasi Alfa dapat berperan penting dan sangat berpengaruh terhadap dunia industri untuk terus berevolusi serta menciptakan inovasi terbaru. Oleh karena itu, untuk menciptakan generasi kreatif dan inovatif yang berhasil menghadapi dunia industri, maka penting bagi orang tua bekerja sama dengan guru di sekolah agar dapat selalu mengetahui bagaimana perkembangan karakter dan akademik anaknya. Selain itu, Generasi Alfa juga dinilai cenderung lebih asyik dengan gawainya, sehingga kurang berperan aktif di lingkungan sekitar. Maka, untuk menghindari kecanduan gawai, penting bagi orang tua untuk membatasi waktu anak di depan gawai atau televisi. Generasi Alfa juga termasuk dalam generasi yang diperkirakan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah kesehatan mental. Beberapa di antaranya adalah gangguan kecemasan dan depresi. Di sini dibutuhkan peran orang tua untuk menjaga anak-anaknya agar tidak terpengaruh oleh lingkungan masyarakat dengan prilaku yang dapat merusak mental, sehingga sulit untuk terwujudnya pribadi yang berkualitas bagi anak.

Dari ulasan di atas, kita mulai dapat memahami karakter berbagai kelompok generasi. Kita dapat mengetahui dari kelompok generasi mana dan seperti apa karakter diri kita. Kita juga dapat mengetahui generasi mana yang sedang kita hadapi di dunia pendidikan saat ini. Sebagai orang tua ataupun pendidik, kita harus belajar memahami karakter para generasi yang kita hadapi, agar mampu memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan masanya. Untuk menghadapi generasi masa depan, tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman orang terdahulu, karena masa terus berubah dan kita harus melakukan penyesuaian dengan meng-upgrade diri. Sebagai pendidik kita harus memiliki kesiapan dalam menghadapi generasi sesuai masanya.

Bagi orang tua maupun pendidik, saat ini sedang menghadapi karakter sebagian besar generasi Z dan generasi Alfa yang sangat di dominasi oleh penguasaan teknologi. Ini berarti, penyesuaian sistem belajar dalam ruang-ruang pendidikan kita harus mempertimbangkan karakteristik generasi Z dan Alfa , agar sesuai dengan kebutuhan mereka tanpa mengesampingkan minat dan habituasi mereka sebagai sebuah kelompok generasi. Dalam konteks pendidikan, pemahaman tentang karakteristik setiap generasi menjadi penting untuk menentukan bagaimana strategi pendidikan yang efektif diberikan kepada peserta didik. Tujuannya tidak sekadar capaian akademik dan pedagogik semata, tetapi juga bagaimana proses pendidikan dapat menumbuhkan karakter dan kecintaan peserta didik terhadap aktivitas belajar.[]

Penulis adalah Guru SMA Sukma Bangsa Pidie

*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 06/12/2021

You may also like