Oleh Suci Aulia Zahman, S.Pd., M.A.*
Covid-19 masih menjadi isu hangat di seluruh belahan bumi hingga saat ini. Pandemi yang melanda dunia berdampak pada semua aspek, kegiatan, dan keseharian yang kita laksanakan, dunia pendidikan salah satunya. Dampak yang ditimbulkan oleh virus tersebut mengharuskan kegiatan belajar mengajar dilangsungkan secara daring, luring, maupun gabungan dari keduanya (blended learning). Di masa kenormalan baru ini, pelaksanaan kegiatan belajar di sekolah disesuaikan dengan kondisi zona penyebaran virus di daerah tersebut. Beragam skema pembelajaran pun diterapkan di sekolah, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan satuan pendidikan.
Kegiatan pembelajaran daring dapat dilaksanakan dengan menggunakan gawai (gadget), seperti perangkat personal computer (PC) atau laptop, ponsel pintar atau tablet yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran menggunakan platform online seperti Google Classroom, WhatsApp (WA), Telegram, Instagram, Aplikasi Zoom, Microsoft 365, dan media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa tetap dapat mengikuti pembelajaran dengan baik di masa pandemi ini.
Selama berlangsungnya pembelajaran daring, tidak sedikit masalah muncul baik yang dirasakan oleh siswa maupun guru. Dalam refleksi pembelajaran daring yang pernah dilakukan oleh penulis, beberapa siswa mengutarakan perasaan bosan dan kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran daring sebagai kendala yang dirasakan saat mengikuti pembelajaran daring. Siswa juga mengeluhkan tentang kesulitan dalam memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru secara daring.
Sejalan dengan masalah-masalah tersebut, guru dihadapkan pada masalah lainnya yakni menjadi lebih kreatif dalam mengajar di masa pandemi baik saat pembelajaran daring maupun luring. Menjadi guru kreatif sekiranya merupakan salah satu jalan keluar yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi semua masalah belajar yang dihadapi oleh semua siswa saat ini. Menjadi kreatif juga seakan menjadi tuntutan bagi guru di masa pandemi untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, dan diminati oleh semua siswa. Menjadi kreatif bagi seorang guru sebenarnya bukan saja kewajiban yang harus dijalankan hanya pada masa pandemi, tetapi merupakan sebuah keharusan bagi seorang guru. Menciptakan pembelajaran yang menarik dalam memfasilitasi siswa belajar dan mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.
Menurut Cremin (2009), mengajar kreatif didefinisikan sebagai kemampuan guru dalam menyusun dan menciptakan pembelajaran yang menarik dan efektif di kelas. Mantiri (2015) juga berpendapat bahwa mempersiapkan suasana belajar kreatif, menyenangkan, dan memastikan siswa berpartisipasi dalam pembelajaran adalah hal yang sangat krusial karena tugas guru bukan sekadar mentransfer pengetahuan pada siswa. Guru mungkin saja tidak memiliki ‘kontrol’ yang besar dalam motivasi belajar siswa, tetapi ada beberapa kemungkinan yang dapat guru lakukan untuk membentuk atau meningkatkan motivasi belajar siswa dengan melakukan beragam cara. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menjadi guru yang kreatif merupakan tugas wajib yang harus diemban oleh seorang guru, terlebih dalam situasi pandemi seperti saat ini.
Menjadi guru kreatif di masa pandemi dapat dilaksanakan dengan berbagai cara seperti melaksanakan pendataan awal terkait kebutuhan dan gaya belajar siswa, mengaktifkan student centred learning, dan menjadi guru yang kreatif dalam mendengarkan. Hal pertama yang dapat guru lakukan untuk menjadi guru kreatif yakni melaksanakan pendataan awal. Pendataan awal dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeteksi kebutuhan siswa dalam belajar yang nantinya akan menunjang keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru dapat mengetahui gaya belajar yang disukai siswa, metode belajar yang diinginkan siswa, hingga kelemahan dan kelebihan yang dimiliiki oleh siswa. Data tersebut dapat diperoleh guru dengan dengan menggunakan berbagai macam cara mulai dari melaksanakan survei atau membuat kegiatan seperti kertas/pohon harapan yang di dalamya berisi informasi kebutuhan siswa dalam pembelajaran. Pelaksanaan survei juga dapat dilaksanakan secara daring dengan memanfaatkan berbagai platform online gratis seperti Mentimeter.com, Google Form, dan lain-lain. Data yang terkumpul terkait kebutuhan belajar siswa, dapat digunakan guru untuk merancang pembelajaran kreatif dan menarik sesuai dengan gaya belajar, minat, dan kemampuan siswa.
Kedua, mengaktifkan ‘student centred learning’ yakni pembelajaran yang memusatkan siswa sebagai pelaku dan aktor utama selama kegiatan belajar berlangsung. Selama pembelajaran daring maupun luring guru melibatkan siswa sebanyak mungkin untuk menggali informasi yang dipelajari. Guru hadir bersama siswa sebagai fasilitator dan pengarah jalannya proses belajar siswa, bukan sebagai penceramah yang bercerita dan didengarkan oleh siswa. Guru juga dapat menggunakan berbagai online platform seperti Google, Wikipedia, YouTube, Quizzizz, dan lain-lain sebagai sumber belajar siswa. Mengarahkan dan menuntun siswa dalam mempelajari materi pelajaran menggunakan berbagai sumber tersebut. Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan ketika siswa mencari, menemukan, dan mempraktikkan secara mandiri tentang apa yang sedang dipelajarinya.
Ketiga, menjadi guru yang kreatif dalam mendengarkan. Menjadi pendengar yang baik adalah tugas lain dari seorang guru. Kegiatan mendengarkan menjadi sangat berarti dan penting ketika seseorang memahami makna mendengarkan. Selain mengajar dan membimbing siswa, guru juga harus mampu menjadi pendengar yang baik bagi siswa. Mendengarkan segala keluh kesah siswa dalam belajar terlebih pada masa pandemi seperti saat ini. Mendengarkan cerita mereka terhadap kendala yang dihadapi saat belajar, juga mendengarkan saran, dan masukan yang diberikan siswa. Melalui kegiatan mendengar, guru dapat melaksanakan refleksi terhadap kinerja dan performa dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa.
Kegiatan refleksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai dengan kreativitas guru, mulai dari menggunakan kertas, bercerita, menggunakan aplikasi untuk refleksi dan sebagainya. Refleksi tersebut nantinya dapat digunakan untuk menjadi acuan dasar bagi guru dalam memperbaiki segala kekurangan yang dimiliki guru baik saat mengajar maupun saat berinteraksi dengan siswa. Dengan menyediakan ruang dan waktu bagi bagi siswa untuk menyampaikan segala cerita, guru dapat mendengarkan segala macam bentuk curhatan, keluhan, saran, bahkan masukan dari siswa.
Menjadi Guru Pembelajar
Menjadi guru kreatif menantang guru untuk keluar dari zona nyaman dan terus menjadi pembelajar sejati. Menjadi kreatif tidaklah selalu memiliki makna sebagai kreatif dalam menciptakan hal-hal baru. Menjadi kreatif juga dapat dilaksanakan dengan menjadi kreatif dalam memodifikasi ide yang telah ada sebelumnya. Kreatif dalam memadupadankan strategi mengajar, media pembelajaran yang digunakan, dan kreatif dalam mendengarkan dan berinteraksi dengan siswa.
Guru haruslah menjadi pribadi yang paling terdepan untuk mencoba keluar dari zona nyaman dan mencoba dan mempelajari hal-hal baru. Guru juga sejatinya adalah sosok yang akan selalu menanamkan prinsip pembelajar jangka panjang atau “longlife learner” dalam dirinya. Sosok guru bisa saja tergantikan oleh semua kecanggihan yang ada di abad 21. Peran guru sebagai pemberi materi atau pelajaran mungkin saja semakin memudar oleh hadirnya aplikasi pencari informasi. Namun, guru kreatif dan guru yang dekat dengan siswa tidak akan pernah berganti posisi dengan hal apa pun di hati para siswanya.[]
Penulis adalah alumnus Master of Art in Teacher Education, Tampere University, Finland. Saat ini tercatat sebagai guru Bahasa Indonesia SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe.
*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 08/03/2021