Metafora keunikan setiap anak adalah seperti burung yang tidak dapat dipaksakan untuk bisa berenang atau seperti ikan yang tidak bisa dipaksa untuk bisa berjalan dengan lincah. Masing-masing anak ahli dalam bidangnya. Tugas kita sebagai guru adalah mengasah keahlian mereka. Bagaimana caranya burung agar mampu terbang lebih tinggi dan jauh serta bagaimana ikan dapat berenang dengan lebih cepat dan gesit.
Sebagaimana anak-anak berbeda, guru juga berbeda. Kita sebagai guru juga harus mampu mendongkrak potensi diri kita untuk bergerak dan bersinergi sesuai kemampuan untuk mewujudkan pendidikan yang merdeka dari segala bentuk. Guru dituntut untuk mampu memberikan kesempatan kepada murid-murid supaya terlibat dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Murid-murid harus dimotivasi mengembangkan kompetensi diri dan bukan dikekang dengan segala aturan. Kondisi ini akan membuat anak merasa aman dan nyaman, sehingga pada akhirnya mereka merdeka batinnya, pikirannya, serta tenaganya.
Dalam hal ini, peran orang tua selaku pelaku pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak sangat diperlukan karena peran orang tua tidak dapat tergantikan oleh pendidikan mana pun.
Hakikat Pendidikan
Pendidikan memiliki tugas untuk menciptakan generasi yang baik serta menciptakan manusia sebagai pribadi yang memiliki kepribadian yang baik. Tentunya setiap negara memiliki tujuan Pendidikan masing-masing yang sesuai dengan dasar negara, ideologi negara, dan falsafah hidup bangsa tersebut.
Achmad Munib mendeskripsikan bahwa hakikatnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi, akhlak mulia, pengendalian diri, kepribadian, spiritual keagamaan, kecerdasan, masyarakat, serta taat kepada agama, bangsa dan negara.
Pendidikan adalah suatu upaya yang terencana serta dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Potensi yang berbeda dari setiap peserta didik akan menjadi tugas besar bagi seorang pendidik untuk mampu melihat serta mengasah potensi-potensi yang ada pada perbedaan tersebut, sehingga peserta didik mampu menemukan bakatnya secara utuh dan menjadi manusia yang berguna bagi bangsa, agama, dan negara.
Pendidikan yang Merdeka
Memanusiakan manusia adalah hakikat utama dari pendidikan. Konsep kemerdekaan dan pendidikan diumpamakan dua sisi koin yang memiliki hubungan simbiosis mutualisme, tidak boleh terpisahkan satu sama lain serta akan berharga jika terus berhubungan satu sama lain. Pendidikan akan berhasil jika sarana utamanya adalah kemerdekaan. Ia merupakan senjata paling ampuh untuk melawan penindasan.
Sejarah membuktikan, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan 17 Agustus 1945, kemerdekaan itu sendiri telah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta. Persiapan menuju kemerdekaan ini diawali dengan membangun semangat nasionalis yang digagas oleh para-para kaum terpelajar dengan tujuan untuk membangkitkan kesadaran berbangsa, bertanah air, dan berbahasa yang satu.
Merdeka dalam bingkai pendidikan bermula dari asumsi/pandangan bahwa pengetahuan ialah non objektif, bersifat kontemporer bahkan selalu berubah dan tidak menentu. Belajar merupakan pembentukan pengetahuan dari pengalaman yang konkret, interpretasi, kolaboratif serta reflektif. Sementara mengajar adalah penataan lingkungan agar termotivasi untuk menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Hasilnya, anak akan memiliki pemahaman berbeda terhadap pengetahuan didasari pada pengalamannya, interpretatif serta perspektif.
Adapun tujuan dari pembelajaran yang memerdekakan adalah bagaimana membentuk siswa untuk berpikir kritis sehingga mampu untuk menghasilkan dialektika dalam pembelajaran dan mampu untuk berpikir dan mendemonstrasikan ulang apa yang ia dapati.
Kemerdekaan dalam hal pembelajaran sangat memerlukan penataan lingkungan belajar yang dibalut dengan suasana kondusif. Belajar harus berlangsung bebas (freedom of learning). Hanya dengan kebebasan tersebut kita bisa mengungkapkan pandangan berbeda dari hasil interpretasi terhadap segala sesuatu yang ada. Kebebasan itu sendiri menjadi unsur yang sangat esensial di lingkungan belajar.
Berhasil atau gagal, mampu atau tidak dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang sangat perlu dihargai. Bebas dipandang sebagai penentu berhasilnya belajar. Siswa merupakan subjek, mereka dituntut untuk mampu menggunakan kebebasan guna melakukan pengaturan dan memposisikan diri dalam belajar. Hal yang sangat penting adalah kebebasan dalam pembelajaran dimiliki penuh oleh siswa.
Pun demikian, praktik pembelajaran yang tidak memerdekakan tampak pada pembelajaran dihadapkan dengan aturan-aturan yang mengikat. Lebih banyak dikaitkan dengan penegakan kedisiplinan, bahkan kegagalan dianggap sebagai suatu kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan dianggap sebuah hal yang patut diapresiasikan. Taat dan patuh pada aturan dianggap dan dipandang sebagai penentu keberhasilan dalam sebuah proses pembelajaran.
Versi Ki Hajar Dewantara
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah proses membebaskan jiwa manusia. Pendidikan tidak hanya tentang mengajarkan ilmu, tetapi juga tentang kebebasan kepada seseorang untuk mengembangkan kemampuan mereka sendiri.
Pendidikan mesti memberikan kebebasan kepada seseorang untuk mengembangkan potensi secara optimal, serta meningkatkan kemandirian serta kemampuan untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Selain itu, pendidikan juga dituntut untuk membantu seseorang memahami hakikat diri mereka sendiri dan dunia di sekitarnya, sehingga mereka dapat hidup secara lebih bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat.
Pendidikan yang memerdekakan adalah pendidikan yang memiliki tujuan untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memahami dan mengembangkan kemampuan yang mereka miliki.
Pendidikan yang merdeka dapat membantu peserta didik untuk menerapkan cara berpikir kritis serta memecahkan masalah secara konkret, sehingga dapat menjadi pribadi yang mandiri dan mampu bertanggung jawab atas tindakan. Pendidikan yang memerdekakan pun menekankan akan pentingnya pembelajaran yang bermakna serta memberikan kebebasan dalam menentukan pilihan.
Terdapat beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dari pendidikan yang merdeka; Pertama, mengembangkan kemampuan pribadi, pendidikan yang merdeka membantu untuk memahami dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara maksimal, sehingga dapat menjadi pribadi yang mandiri serta bertanggung jawab atas tindakan dilakukan.
Kedua, kemampuan berpikir kritis, pendidikan yang merdeka mencoba untuk membantu dalam memahami metode berpikir kritis dan memecahkan masalah.
Ketiga, mendorong pembelajaran yang penuh makna, pendidikan yang merdeka juga menekankan akan pentingnya pembelajaran yang bermakna, sehingga dapat belajar sesuatu yang benar-benar menarik minat mereka serta memberikan dampak positif bagi hidup. Dan keempat mendorong kreativitas dan inovasi, pendidikan yang merdeka memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mendorong kreativitas dan inovasi mereka.[]