Home » Mengenal Anak Down Syndrome

Mengenal Anak Down Syndrome

by pusdatin ssbbireuen

Oleh : Naviatun Nufus, S.Psi*

Anak adalah anugerah terindah yang diberikan oleh yang Mahakuasa kepada orangtua. Masing-masing anak dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya yang terbaik.

Mendidik dan mengasuh anak sudah menjadi kewajiban bagi setiap orangtua. Untuk itu pentingnya orangtua memahami karakter anak sejak dini, agar  tumbuh dan berkembang secara maksimal di masa yang akan datang. 

Jika orangtua mengajarkan anak hal yang baik maka akan terbentuk perilaku baik (positif), sebaliknya jika orangtua mengajarkan anak keras (otoriter) maka akan terbentuk anak yang keras dan negatif. 

Namun bagaimana jika ada anak yang lahir tidak normal atau istilah lain yaitu anak berkebutuhan khusus? Mempunyai anak berkebutuhan khusus bukan perkara yang mudah, butuh kesabaran dalam mendidik dan merawatnya sehingga terbentuk pola asuh yang bisa menciptakan karakter yang mandiri untuk anak itu kelak. Karena mendidik dan mengasuh anak berkebutuhan khusus sangat berbeda dibandingkan anak normal pada umumnya. 

 Setiap tanggal 21 Maret adalah hari peringatan Down Syndrome Dunia (World Down Syndrome Day). Pemilihan tanggal tersebut memiliki filosofinya sendiri.  Ternyata di antara 800-1000 kelahiran, ada satu yang menderita down syndrome. Di Indonesia 1 dalam 600 kelahiran hidup. Salah satu faktor pemicu, usia ibu. Semakin meningkat usia saat kehamilan, semakin besar risiko melahirkan anak down syndrome. 

Pada umumnya, down syndrome bukanlah penyakit keturunan. Melainkan kelebihan kromosom. Down syndrome merupakan adanya gangguan genetika yang menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik yang tidak bisa disembuhkan, namun jika diberikan dukungan dan perhatian maksimal, maka mereka bisa tumbuh secara bahagia.

Hingga saat ini sebenarnya belum diketahui pasti penyebab down syndrome. Namun, penyebab kegagalan dalam pembelahan sel inti yang terjadi pada saat pembuahan merupakan penyebab yang sering ditemukan, sehingga tidak berkaitan dengan yang dilakukan oleh ibu selama kehamilan.

Pada tahun 1959 seorang ahli genetika Prancis, Jorome Lejeune dan para koleganya, mengindetifikasi basis genetiknya. Manusia secara normal memilik 46 kromosom,  23 diturunkan oleh ayah dan 23 lainnya diturunkan oleh ibu. Penderita yang mengalami down syndrome memiliki 47 kromosom bukan 46. Ketika terjadi pematangan telur, dua kromosom pada pasangan kromosom 21, yaitu kromosom kecil gagal membelah diri. Jika telur bertemu dengan sperma akan terdapat 3 kromosom 21 yang istilahnya adalah trisomy 21 (Davison, Naele, & Kring, 2006). 

Anak down syndrome dapat dikenali dari karakteristik fisiknya. yaitu: postur tubuh yang pendek dan gemuk, mata yang berbentuk oval dan condong ke atas, lipatan kelopak mata bagian atas yang memanjang melewati sudut bagian dalam mata, rambut lurus tipis dan halus, hidung yang lebar dan datar, telinga berbentuk persegi, lidah yang besar dan berkerut, yang menjulur ke luar karena mulut yang kecil dengan langit-langit rendah, dan tangan yang pendek serta lebar dengan jari-jari yang pendek (Davison, Neale, & Kring, 2006).

Perkembangan bicara dan bahasa anak dengan down syndrome biasanya lebih lambat dibandingkan anak yang normal pada umumnya yang tidak mengalami sindrom ini. Hal ini disebabkan oleh ototnya kurang terbentuk dengan sempurna.

Anak down syndrome juga sering mengalami masalah perilaku, seperti kesulitan berkonsentrasi, trantrum, perilaku obsesif-kompulsif, dan sifat yang keras.

Anak down syndrome mampu mempelajarai hal baru, meskipun butuh proses waktu yang lama. Pengulangan juga harus lebih banyak agar kemampuan baru yang dipelajari bisa dikuasai. Banyak anak down syndrome yang mempunyai bakat di bidang seni, yaitu di bidang musik atau pun seni rupa, dan itu perlu bimbingan khusus.

Perlu kita ketahui anak down syndrome mampu belajar hingga usia tua, walaupun lambat tapi terus bertambah. Ketika usia 7 tahun kemampuannya dengan anak lain (normal) tidak terlalu berbeda, akan tetapi ketika sudah masuk remaja, kemampuannya dengan orang normal pada umumnya akan semakin kelihatan. Karena menuju dewasa akan menjadi sulit karena mereka harus bisa setidaknya merawat diri dan menjadi lebih mandiri lagi tanpa bantuan orang lain. 

Masyarakat di luar sana masih banyak yang kurang paham dan memahami Anak berkebutuhan khusus ini, menganggap bahwa anak itu cacat dan bodoh, baik itu secara akademis maupun non akademis.

Sebenarnya anak anak berkebutuhan Khusus itu punya potensi dan bakatnya sendiri. Akan tetapi akan sangat disayangkan jika tidak dikembangkan atau tidak didampingi khusus, maka anak tersebut tidak akan berkembang dan mandiri. Jadi kita sebagai orang tua, jika memiliki anak berkebutuhan khusus maka segeralah untuk konsultasi dengan yang lebih ahli di bidangnya yaitu psikolog/konselor agar proses tumbuh kembangnya bisa terbantu secepat mungkin.

Semakin cepat program yang dilakukan, semakin baik hasilnya. Atau proses perkembangan tumbuh kembangnya bisa diasah melalui pendidikan khusus seperti SLB (Sekolah Luar Biasa) atau sekolah normal yang ada inklusinya. 

Tujuan peringatan hari Down Syndrome Dunia yang jatuhnya pada tanggal 21 Maret  untuk melihat sejauh mana masyarakat mengetahui tentang down syndrome, baik itu yang berhubungan dengan inklusi dan lain sebagainya untuk kesejahteraan dalam perkembangan hidupnya.  

Butuh Perhatian Khusus

Anak yang mengalami down syndrome membutuhkan perhatian khusus, bukan hanya dari orangtua tetapi dari lingkungan masyarakat sekitar sangat dibutuhkannya untuk bersosialisasi.

Anak down syndrome  memiliki hak dan layak hidup seperti orang normal pada umumnya, karena banyak potensi yang perlu dikembangkan  dan mempunyai kesempatan untuk mengembangkannya.

Jadi kita sebagai orang dewasa yang cukup paham atau tidak terlalu paham dalam artian tidak peduli, maka dari itu mari sama-sama kita pelajari lagi apa itu anak down dyndrome agar anak dapat tumbuh kembang dan diterima di lingkungan sekitar dengan baik.

*)Konselor Sekolah Sukma Bangsa Pidie. Sarjana (S-1) Psikologi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh

*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 21/03/2022

You may also like

Leave a Comment