Oleh: Masyittah Muhammad, S.Pd.*
“Matematika? Oh, no!” Itu ungkapan yang berseliweran di sekitar kita ketika membahas ilmu berhitung yang satu ini. Kebanyakan orang menganggapnya sebagai pelajaran yang menakutkan, mengerikan, bahkan mungkin traumatis. Ada juga orang yang menganggapnya sebagai salah satu pelajaran yang biasa saja, tidak mudah dan tidak sukar juga.
Namun di lain sisi, sebagian orang justru merasa asyik dalam belajar matematika. Menikmati pelajaran tersebut seolah adrenalinnya terpacu ketika dihadapkan dengan angka-angka. Beragam persepsi yang muncul jika berbicara ilmu berhitung tersebut. Cerapan-cerapan tersebut muncul ketika seseorang baru secara terbatas berhadapan dan berinteraksi dengan matematika, tetapi belum benar-benar mengenal realitasnya.
Matematika merupakan jantungnya kehidupan, seperti halnya organ jantung dalam tubuh kita. Ketika jantung berhenti berdetak, aliran darah menuju organ-organ vital lainnya pada tubuh akan terhenti. Efeknya bisa beragam, mulai pingsan, kesulitan bernafas bahkan bisa kehilangan nyawa. Jantung adalah organ vital bagi tubuh. Begitu pula fungsi matematika yang begitu fundamental dalam kehidupan. Seseorang bisa berinteraksi dengan mudah di pasar karena adanya ilmu hitung. Seorang siswa bisa berinteraksi dengan pelajaran lain karena adanya matematika. Seorang penjahit (tailor) bisa menyelesaikan jahitannya dengan bagus karena adanya ilmu ukur. Seorang ibu rumah tangga bisa menyelesaikan tugas memasaknya karena adanya matematika. Bahkan seorang gamemaker pun membutuhkan ilmu matematika terapan untuk penempatan obyek-obyek tertentu yang berada dalam aplikasi tersebut. Sampai pengemis pun membutuhkan ilmu hitung ini dalam menghitung penghasilan yang diperoleh setiap harinya.
Achwandi (2021) mengatakan bahwa matematika hadir sebagai jembatan yang menghubungkan manusia dengan alam, antara unsur batin dengan unsur lahir. Ia menjadi alat pikiran, bahasa ilmu, tata cara pengetahuan, penyimpulan deduktif, sekaligus sebagai bahasa itu sendiri.
Disadari ataupun tidak, kita memiliki ketergantungan yang kuat dengan pelajaran yang satu ini. Hal yang paling sederhana tentang matematika bisa kita temui dalam ibadah salat. Di sini kita mengenal konsep bilangan bulat positif, yaitu salat wajib ada 5 waktu dengan jumlah rakaatnya sebanyak 17 rakaat. Masing-masing yang kita kerjakan ada yang 2 rakaat, 3 rakaat, dan 4 rakaat sebanyak 3 kali. Dengan konsep inilah, hubungan kita dengan yang Mahakuasa menjadi semakin dekat sehingga hablumminallah tersebut terbentuk dengan kuat.
Di bangku sekolah, peran matematika juga begitu strategis. Dengan memahami matematika, setiap siswa dapat dengan mudah berinteraksi dengan mata pelajaran lain, seperti fisika, biologi, IPS, TIK, dan lain-lain yang membutuhkan skill dasar berhitung.
Di tingkat dasar, konsep ilmu hitung yang harus dipahami para siswa diantaranya operasi hitung bilangan bulat (operasi hitung bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif), operasi hitung bilangan pecahan (pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal, dan pecahan dalam bentuk persen dan permil), serta memahami bentuk pangkat dan akar.
Tiga hal di atas merupakan dasar-dasar yang wajib dimiliki oleh setiap siswa agar mereka bisa memecahkan setiap masalah yang ada pada pelajaran lainnya, bahkan masalah sehari-hari yang mereka temui di lingkungan sekitar.
Menurut Panca Dewi (2014) proses pembelajaran matematika yang baik mempunyai tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan perkembangan seseorang.
Pada level dasar, pembelajaran harus dimulai dari sesuatu yang konkret dan perlahan-lahan menuju pemahaman yang abstrak atau simbolis. Sehingga pada level menengah, para siswa telah dikenali dengan berbagai bentuk abstrak dan juga berupa simbol.
Bentuk paling sederhana yang memuat simbol dapat ditemui pada materi bentuk aljabar. Pada materi ini siswa dikenalkan dengan variabel (lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui), koefisien, konstanta, dan suku pada bentuk aljabar. Kemudian dilanjutkan dengan operasi hitung pada bentuk aljabar. Agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan operasi ini, siswa harus benar-benar memahami konsep operasi hitung pada bilangan bulat dan bilangan pecahan.
Aljabar pertama sekali dikenalkan oleh Muhammad Ibn Musa Al Khawarizmi atau lebih dikenal dengan Al-Khawarizmi. Bapak Aljabar, Al Khawarizmi, adalah seorang ilmuan muslim berkebangsaan Persia. Menurut Suprapti (2015) algebra/aljabar merupakan nadinya matematika, karena begitu pentingnya ia dalam materi matematika. Selain itu, aljabar merupakan solusi dalam penyelesaian masalah seperti persamaan linear satu variabel (PLSV), persamaan linear dua variabel (PLDV), fungsi, persamaan garis lurus, persamaan kuadrat, teorema pythagoras, dan lain sebagainya yang ditemui pada materi matematika tingkat menengah. Dengan kata lain, aljabar merupakan benang merah untuk hampir semua bidang matematika.
Salah satu cara yang dapat dilakukan sekolah untuk meningkatkan kemampuan matematika dasar siswa yaitu dengan mengikuti kelas basecamp atau kelas matdas (matematika dasar) ataupun sejenisnya yang bertujuan untuk melatih dan membimbing siswa dalam belajar matematika dasar dengan jumlah siswa yang terbatas.
Kelas ini dapat diikuti oleh siswa sebanyak 2-3 hari dalam seminggu. Dengan pertemuan yang intens memudahkan siswa dalam menangkap pelajaran matematika, bahkan membuat siswa menjadi semakin dekat dengan matematika. Kelas ini juga merupakan salah satu langkah untuk membantu siswa dalam mempelajari matematika lanjutan dan mampu berinteraksi dengan pelajaran lainnya yang berkaitan dengan matematika.
Selain itu diharapkan siswa memiliki rasa curious, perhatian, dan menjadi tahu akan kegunaan matematika dalam kehidupan. Seperti yang disebutkan Freudenthal (1991) dalam Bustang), Mathematics as an activity and Mathematics must be connected to reality. Wallahu a’lam.
*)Masyittah Muhammad, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan Guru Matematika SMP Sukma Bangsa Bireuen.
*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 21/02/2022