Home » Mengajar Matematika untuk Murid SD Tak Harus Selalu Hening

Mengajar Matematika untuk Murid SD Tak Harus Selalu Hening

by pusdatin ssbbireuen

Oleh: Venni Siska, S. Pd*

Saat saya mencoba melamar mengabdikan diri menjadi guru di sekolah swasta Sukma Bangsa Lhokseumawe, saya berharap ditempatkan di tingkat SMP. Namun, saat wawancara, salah seorang pewawancaranya bertanya, “jika ibu ditempatkan di SD, apakah ibu bersedia?” Dengan tersenyum saya menjawab, “boleh, Pak.” Walau dalam hati bergumam, “mudah-mudahan saya ditempatkan di SMP bukan di SD.” Tapi, tetap meyakinkan diri bahwa di mana pun penempatan mengajarnya, baik di SD maupun SMP merupakan keputusan terbaik.

Dua minggu setelah wawancara berlangsung, akhirnya saya dihubungi kembali oleh pihak sekolah, langsung mulai mengajar dan ditempatkan di tingkat SD. Awal mengajar di SD, muncul keraguan di dalam hati saya. Apakah saya mampu menjalaninya? Dengan latar belakang saya lulusan FKIP Matematika dan bukan dari FKIP PGSD, namun setelah hari-hari itu berlalu, kekhawatiran saya pun sirna. Saya mulai mencintai dunia anak dan menikmati suara-suara manja peserta didik saya.

Saya merasakan dunia yang menyenangkan saat bersama anak-anak. Terlebih saat saya mengajar siswa kelas 1 SD. Sejatinya menjadi guru di kelas 1 SD sama halnya seperti membahas ketulusan cinta dan murninya menyayangi.

Dari anak-anak, saya belajar bagaimana menghargai perasaan dan siap menerima kritikan yang berbau kejujuran dari mereka. Suara riuh yang terjadi juga menambah warna tersendiri bagi guru-guru dalam mengajar dan membimbing anak-anak di dalam dan di luar kelas. 

Anak-anak kelas 1 SD memang berbeda dari tingkatan lima kelas lainnya. Siswa kelas 1 SD adalah anak-anak peralihan dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar. Saat masih di TK, mereka belajar sangat kreatif, penuh canda tawa, dan menyenangkan. Sedangkan ketika menduduki bangku sekolah dasar, hal yang menyenangkan tersebut juga dapat kita terapkan. Anak-anak usia 6 tahun adalah anak-anak yang menakjubkan dan gaya mengajar yang diterapkan sangatlah bervariasi. Mengajar anak-anak kelas 1 SD berarti harus mengerti akan keseluruhan karakteristik mereka dan mau memanfaatkan waktu untuk membimbing mereka secara pribadi.

Kita harus benar-benar menggunakan perasaan untuk mengerti para murid, mengetahui apa yang terjadi di dalam benak mereka, dan bagaimana cara “merangkul” mereka.

Mereka dapat melakukan beberapa keperluan pribadinya secara mandiri, seperti mengikat tali sepatu, membersihkan diri, dan makan secara mandiri. Namun, masih dijumpai siswa di usia tersebut yang belum begitu mandiri. Termasuk dalam menjaga kebersihan dirinya dan belum bertanggung jawab terhadap barang-barang milik pribadinya, seperti: masih mudah lupa membawa pulang kotak bekal, alat tulis, dan lain-lain. Bahkan ada yang  masih perlu bimbingan saat toilet training. 

Kendati demikian, sebagai guru SD kelas 1, hal ini menjadi hal yang lumrah dihadapi, karena keunikan yang ada pada diri mereka. Masing-masing guru pun menganggap ini adalah proses tumbuh kembangnya mereka. Sesekali saat kegiatan belajar berlangsung ada siswa yang mulai mengantuk dan mengusap-usap matanya. Di sini biasanya guru akan mengajak anak tersebut untuk mencuci wajahnya dan mengikuti gerakan kecil yang  diarahkan agar semangat lagi dalam belajar.

Setiap pagi, ada saja cerita yang ingin anak-anak utarakan kepada gurunya. Mulai dari kejadian saat pulang sekolah sampai kejadian bangun pagi sebelum ke sekolah. Suara-suara imut itu tak henti-hentinya berbisik dan sesekali berteriak seolah-olah seperti ingin meminta perhatian lebih dari gurunya. Perasaan guru pun terkadang bersambut, membiarkan mereka untuk melepaskan rindu dan kesenangan anak-anak saat saling bertemu dengan guru-guru dan teman-temannya di kelas. 

Penghargaan terbesar bagi guru adalah ketika melihat kegembiraan yang tidak terbatas pada raut wajah anak-anak saat mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Di setiap ruangan kelas akan kita jumpai berbagai macam gaya dan karakter siswa dalam belajar, yang kadang-kadang menjadi PR tersendiri bagi guru. Ada siswa yang senang belajar dengan bernyanyi, ada siswa yang senang belajar dengan bergerak, ada siswa yang mudah merajuk jika diberikan penugasan, ada siswa yang senangnya belajar angka-angka tetapi bosan jika sudah menulis abjad, dan dinamika lainnya.

Nah, di sinilah kesempatan guru untuk menyemarakkan kelas dengan berbagai games dan energizer yang menarik, agar membuat siswa menjadi termotivasi dan bersemangat dalam belajar. 

Belajar di kelas maupun di luar kelas semuanya dapat berlangsung nyaman dan menyenangkan. Syaratnya hanya guru bahagia, maka anak didik juga akan ikut merasakan perasaan riang itu. Tak harus hening, duduk diam, dan selalu tertib. Biarkan anak-anak bergerak bebas. Biarkan kelas menjadi ramai.

Mari kita mengajar sambil bernyanyi, walau yang kita perkenalkan adalah materi yang berkaitan dengan matematika, namun guru-guru matematika masih tetap keliatan oke jika belajar berhitung sambil bernyanyi, belajar mengenal bangun datar sambil bergerak, tentunya dengan penuh cinta dan ceria. Tularkan rasa bahagiamu Wahai Pendidik. Mari mencoba!!!

*)Venni Siska, S. Pd., Guru SD Sukma Bangsa Lhokseumawe. Sarjana (S-1) FKIP Matematika, Universitas Almuslim Bireuen.

*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 14/02/2022

You may also like

Leave a Comment