Home » Guru di Luar Pikiran

Guru di Luar Pikiran

by pusdatin ssbbireuen

Oleh: Cahya Maulizati, S.Pd*

Membicarakan sosok guru tak akan ada jeda. Terlalu banyak hal-hal yang menyemat pada ruang pikir seorang guru. Jika dikenang sudah seperti genangan yang tak akan bersisa basahnya pada pikiran setiap yang mengenal, terutama bagi siswa.

Guru adalah pemberi suapan ilmu kepada langkah-langkah generasi cemerlang. Tanpa adanya seorang guru, ruang akan terus gulita tanpa ada yang tahu bagaimana menghidupkan cahaya untuk bernafas. Terlalu haus untuk mengungkapkan jasa guru dalam lautan yang tak bisa jenak. Begitulah kata kias yang terbersit di pikiran saya untuk mengungkapkan betapa guru memiliki pengaruh besar untuk bestari bumi.

Waktu terus bergulir hingga menuntun guru-guru untuk terus geliat dalam kreativitas. Pada setiap hal yang akan diajarkan kepada siswa, pasti akan ada nada yang tak berhenti memutar kepalanya untuk terus berirama menghasilkan pembelajaran yang kreatif.

Begitu sadarnya akan seorang guru, betapa ia akan selalu menjadi panutan dan acuan bagi siswanya. Guru dituntut untuk dapat terus mencari ilmu yang kini, yang dapat dikaitkan dengan realita yang dihadapi siswanya, tepat pada masanya, untuk menjalani kehidupan dengan semestinya.

Sebagai seorang guru, terutama saya yang mengajar di pelajaran Bahasa Indonesia pada tingkat SMP, yang harus terus berpikir kreatif dalam proses pembelajaran setiap harinya untuk dilalui. Sampai saat ini berbagai hal yang sudah saya lakukan untuk membuat pembelajaran dapat dinikmati dengan lahap dan renyah oleh para siswa. Salah satunya yaitu melakukan kegiatan pembelajaran yang tidak monoton. Jika membahas pelajaran Bahasa Indonesia, tentu bayangannya tidak akan lepas dari membaca dan menulis. Begitu besar pengaruh membaca dan menulis bagi kelangsungan pendidikan di Indonesia, khususnya bagi setiap pelajar di sebuah sekolah.

Berdasarkan hasil pengamatan, dari tahun ke tahun untuk kegiatan membaca dan menulis di sekolah, khususnya di  Sukma Bangsa Pidie, terus melakukan perkembangan dalam langkah untuk membuat para siswa tertarik menyukai sebuah buku dan pena. Salah satunya membuat kegiatan rutin seperti kegiatan Reading Day.

Lalu, juga ada berbagai lomba yang diadakan oleh perpustakaan sekolah untuk menarik minat baca siswa, seperti lomba menulis resensi buku, lomba cerita bergambar, lomba menulis puisi, dan masih banyak lagi lomba-lomba yang memicu kreativitas siswa. Ada juga proses kreatif yang sedang dalam pembuatan, yaitu membuat pojok baca kelas yang indah dan nyaman.

Sekolah Sukma Bangsa Pidie sedang gencar-gencarnya mengaktifkan literasi kreatif lewat pojok baca yang ada di setiap kelas. Di sini guru dan siswa diminta dapat berpikir “di luar pikiran” semestinya untuk dapat menjadikan pojok baca kelas menjadi tempat membaca yang paling nyaman, sesudah adanya perpustakaan induk di sekolah.

Berbagai hal yang dilakukan, seperti membuat pagar kelas dengan botol yang sudah dicat, lalu menghias pojok baca menggunakan gambar-gambar sesuai tema kelas dengan berbagai cara yang menarik, tak lupa juga ikut menyumbangkan beberapa buku yang dapat dibaca oleh teman-teman di kelas. Masih banyak hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk memancing siswa agar mempunyai rasa nyaman pada tempat membacanya, tetapi tetap dengan cara “di luar pikiran” semestinya.

Selain membaca, juga ada kegiatan menulis kreatif yang setiap tahunnya sekolah akan menerbitkan buku-buku hasil karya siswa, bertemakan bebas sesuai dengan ekspresi rasa. Jika menulis dengan benar, pasti akan terasa sulit, tetapi jika mau memulai menulis tanpa harus memikirkan “apakah sudah benar” tentu akan membuat menulis menjadi lebih gampang dalam mengalirkan pikiran.

Begitulah yang selalu saya tanamkan kepada siswa agar dapat mengemas pikirannya bahwa menulis bukanlah persoalan sulit untuk menuang, tetapi harus dimulai dari kemauan.

Guru di luar pikiran adalah guru yang tertantang mengajar dengan cara yang tidak biasa. Dengan cara yang tidak mudah untuk ditebak oleh siswa. Dengan cara kreatif yang bertubi-tubi diterapkan dan memasang mindset kepada siswa bahwa belajar adalah menyenangkan. Jika sudah sampai di kata senang, maka sulit bagi siswa untuk melupakan proses yang sudah dilalui bersama.

Guru Harus Menciptakan Cara

Ada tiga faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi yang cukup, kreativitas dalam mengajar, serta sikap ikhlas dan mau mendoakan kesuksesan siswanya. Seorang guru harus memiliki kreativitas agar dapat menemukan berbagai model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan di kelas. Guru yang kreatif akan mampu menemukan cara-cara mengatasi masalah (problem solving), baik yang berhubungan dengan masalah siswa ketika di kelas, di sekolah, maupun di luar sekolah.

Kemampuan untuk mencipta akan membantu guru dalam menemukan cara mengajar yang baik; cara membuka kelas yang elegan; cara membuat dan melakukan asesmen yang praktis; cara memberikan tugas yang baik, namun tidak memberatkan; cara memimpin diskusi di kelas dan mendorong anak-anak aktif menyampaikan ide-ide mereka; cara memberikan hukuman yang bijak; dan masih banyak lagi lainnya. (Catatan Perjalanan Guru, HSW)

Tidak ada batas untuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa dalam produktivitas memerdekakan pikiran anak bangsa. Menjadi guru artinya menjadi siap berpikir dengan cara di luar pikiran semestinya.

Terus menggali hal-hal baru mengikuti poros zaman yang tidak akan pernah sama di setiap tahunnya. Selain belajar dalam kesabaran, juga terus belajar kebaikan yang ditanam dengan ikhlas dan dipupuk dengan perkasanya hati dan pikiran.

*)Cahya Maulizati, S.Pd. Penulis merupakan Guru Bahasa Indonesia di Sekolah Sukma Bangsa Pidie dan Pembina Sukma Teater (SusTer) Pidie.

*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 25/10/2021

You may also like

Leave a Comment