Oleh: Aditya Aziz Fikhri, S.Tr.Kom.*
Tanggal 11 September 2001 tepatnya 20 tahun lalu, terjadi tragedi 9/11 atau tragedi 11 September yang menyisakan kenangan pahit bagi warga Amerika Serikat (AS). Sekitar 3.000 orang meninggal dunia dan 6.000 lainya luka-luka. Tragedi itu membuat steganografi menjadi populer.
Tragedi ini membuat dua menara kembar World Trade Center (WTC) yang menjadi pusat perdagangan dunia runtuh karena serangan kelompok teroris dengan menggunakan pesawat terbang dan juaga gedung Pentagon.
Muncul kabar bahwa pesawat yang digunakan untuk penyerangan merupakan pesawat tanpa awak. Serta kabar bahwa ada 19 militan yang terkait dengan kelompok ekstremis Islam al Qaeda membajak empat pesawat dan melakukan serangan bunuh diri terhadap sasaran di Amerika Serikat.
Terlepas dari kabar yang beredar, ada satu ilmu yang menjadi populer setelah tragedi 9/11 yaitu steganografi.
World Trade Center (WTC)
Dilansir oleh Wikipedia, World Trade Center (Pusat Perdagangan Dunia) di New York City, Secara informal kadang disebut WTC atau Menara Kembar adalah suatu kompleks yang terdiri dari tujuh bangunan, sebagian besar didesain oleh arsitek Jepang-Amerika, Minoru Yamasaki dan dibangun oleh Port Authority of New York and New Jersey.
Pembangunannya dirintis oleh Lower Manhattan Association yang didirikan dan diketuai oleh David Rockefeller, dengan dukungan kuat dari saudaranya, Nelson Rockefeller, yang kelak menjadi Gubernur New York.
Komplek yang berlokasi di jantung pusat distrik finansial New York City ini memiliki 1.24 juta m² ruang perkantoran, hampir empat persen dari keseluruhan luas ruang perkantoran yang tersedia di Manhattan.
World Trade Center yang dikenal dengan Menara Kembar 110 lantainya ini mengalami kebakaran pada 13 Februari 1975 dan serangan bom pada 26 Februari 1993. Ketujuh bangunan asli kompleks hancur pada Serangan 11 September 2001: WTC 1, WTC 2 (Menara Utara dan Selatan), dan WTC 7 runtuh; WTC 3 (Hotel Marriott) hancur karena runtuhnya WTC 1 dan WTC 2; sedangkan WTC 4, WTC 5, dan WTC 6 mengalami kerusakan yang tak dapat diperbaiki hingga akhirnya terpaksa dihancurkan.
Steganografi
Informasi merupakan sesuatu yang sangat penting saat ini terkadang bahkan lebih penting dari harta benda. Pada saat ini informasi sering dipertukarkan pada internet sehingga menyebabkan terjadinya pencurian informasi.
WTC diserang teroris. Foto/Getty Image.
Pencurian informasi tersebut dapat dilakukan dengan cara membobol server apabila informasi tersebut ada di dalam sebuah server. Banyak jenis dari informasi yang dapat menggunakan pengamanan khusus seperti pin, password, data diri dan lain-lain.
Hal tersebut tidak boleh diketahui oleh pihak lain karena dapat memberikan kerugian kepada pemilik informasi.
Salah satu ilmu yang dapat membantu mengamankan informasi yaitu steganografi. Steganografi adalah teknik yang digunakan untuk menyembunyikan sebuah informasi dalam bentuk pesan teks ke dalam sebuah media seperti gambar, audio dan video. Apabila informasi yang penting telah dicuri, dengan adanya teknik steganografi ini tidak dapat mengundang atau mengurangi kecurigaan dari pihak yang mencuri informasi tersebut.
Teknik steganografi ini sangatlah mendukung dalam mengamankan informasi penting tersebut
Steganografi berasal dari bahasa Yunani yaitu steganós yang berarti tersembunyi/menyembunyikan dan gráphy yang artinya tulisan, sehingga secara keseluruhan artinya adalah tulisan yang disembunyikan (Teguh Wahyono, 2010:6).
Steganografi telah digunakan sejak sekitar 2500 tahun yang lalu untuk kepentingan politik, militer, diplomatik, serta untuk kepentingan pribadi sebagai alat.
Catatan pertama tentang steganografi ditulis oleh seorang sejarawan Yunani, Herodotus, yaitu ketika Histiaeus dipenjarakan oleh Raja Darius di Susa pada abad 5 SM.
Histiaeus harus mengirim pesan rahasia kepada Aristagoras, dengan cara mentato pesan pada kulit kepala seorang budak dan ketika rambut budak itu mulai tumbuh, Histiaeus mengutus budak itu ke Militus untuk mengirim pesan di kulit kepalanya tersebut kepada Aristagoras. Cara tersebut dilakukan untuk menghindari isi pesan diketahui oleh pihak yang tidak diinginkan di tengah perjalanannya.
Penggunaan steganografi antara lain bertujuan untuk menyamarkan keberadaan data rahasia sehingga sulit dideteksi dan melidungi hak cipta suatu produk.
Steganografi dapat dipandang sebagai kelanjutan kriptografi. Jika pada kriptografi, data yang telah disandikan (ciphertext) tetap tersedia, maka dengan steganografi ciphertext dapat disembunyikan sehingga pihak ketiga tidak mengetahui keberadaannya.
Data rahasia yang disembunyikan dapat diekstraksi kembali persis sama seperti keadaan aslinya. Keuntungan steganografi dibandingkan dengan kriptografi adalah bahwa pesan yang dikirim tidak menarik perhatian sehingga media penampung yang membawa pesan tidak menimbulkan kecurigaan bagi pihak ketiga.
Ini berbeda dengan kriptografi dimana ciphertext menimbulkan kecurigaan bahwa pesan tersebut merupakan pesan rahasia.
Seperti perangkat keamanan lainnya, steganografi dapat digunakan untuk berbagai macam alasan, beberapa di antaranya untuk alasan yang baik, namun dapat juga untuk alasan yang tidak baik. Untuk tujuan legitimasi dapat digunakan pengamanan seperti citra dengan watermarking dengan alasan untuk perlindungan copyright.
Digital watermark (yang juga dikenal dengan fingerprinting, yang dikhususkan untuk hal-hal menyangkut copyright) sangat mirip dengan steganografi karena menggunakan metode penyembunyian dalam arsip, yang muncul sebagai bagian asli dari arsip tersebut dan tidak mudah dideteksi oleh kebanyakan orang.
Steganografi juga dapat digunakan sebagai cara untuk membuat pengganti suatu nilai. Selain itu, steganografi dapat digunakan sebagai tag-notes untuk gambar online. Terakhir, steganografi juga dapat digunakan untuk melakukan perawatan atas kerahasiaan informasi yang berharga, untuk menjaga data tersebut dari kemungkinan sabotasi, pencuri, atau dari pihak yang tidak berwenang.
Sayangnya, steganografi juga dapat digunakan untuk alasan yang ilegal. Sebagai contoh, jika seseorang telah mencuri data, mereka dapat menyembunyikan arsip curian tersebut ke dalam arsip lain dan mengirimkannya keluar tanpa menimbulkan kecurigaan siapapun karena tampak seperti email atau arsip normal.
Begitu pula dengan masalah terorisme, steganografi dapat digunakan oleh para teroris untuk menyamarkan komunikasi mereka dari pihak luar.
Keamanan Data dan Privasi
Dalam era digital dahulu hingga saat ini, hampir semua informasi disimpan dalam bentuk digital, hampir semua kegiatan manusia modern termasuk berkomunikasi sehari-hari dapat dilakukan dengan mudah menggunakan media digital. Sedemikian luasnya penggunaan media digital memicu pencurian informasi digital tersebut melalui berbagai cara. Di sinilah peran steganografi untuk menyembunyikan informasi tersebut.
Begitu halnya dalam dunia pendidikan. Penggunaan data berbasis digital saat ini telah marak digunakan untuk berbagai keperluan terkait Pendidikan. Sebut saja misalnya data siswa yang mencakup semua informasi pribadi siswa, bahkan orang tua juga tersimpan secara digital.
Dalam hal lain, penilaian hasil belajar siswa dewasa ini juga sudah dilakukan secara digital. Tidak hanya disimpan melalui aplikasi digital, penilaian hasil belajar siswa juga seringkali dilaporkan secara digital kepada orang tua atau berwenang lainnya.
Maka dari itu menjaga data pribadi dan hasil belajar siswa secara digital juga perlu terus diupayakan demi keamanan diri pribadi siswa dan lembaga pendidikan tentunya.
Belajar dari tragedi 9/11, teroris melakukan aksinya menggunakan teknik steganografi dalam menyembunyikan data agar tidak diketahui.
Sudah 20 tahun berlalu sejak tragedi tersebut yang artinya perjalanan perkembangan teknologi semakin pesat khususnya di bidang keamanan data.
Maka dari itu jangan pernah mengirimkan data penting seperti nomor HP, nomor identitas, pin ATM dan lainnya secara langsung walaupun secara pribadi menggunakan chatting. Setidaknya gunakanlah media pengamanan lain sebelum membuka pesan tersebut seperti jika ingin mengirim pin ATM gunakanlah aplikasi MS. Word atau Notepad yang telah diberi password pengaman, namun menggunakan lampiran agar mengurangi celah diretasnya data pribadi yang dapat merugikan diri sendiri.
Hindari menyimpan username dan password pada browser dengan alasan agar lebih mudah log in di kemudian waktu.
Hindari mengklik tautan yang kurang dipercaya sumbernya. Semoga kita selalu dijauhkan dari kejahatan digital dalam dunia maya!
*)Pjs. Kepala Pustdatin Sekolah Sukma Bangsa Bireuen.