Home » Urgensi Lingkungan Pendidikan Positif bagi Siswa

Urgensi Lingkungan Pendidikan Positif bagi Siswa

by pusdatin ssbbireuen

Oleh Aulia Denisa Putri, S.Psi.*

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan menjadi suatu kebutuhan bagi semua orang. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan. Oleh karena itu, melalui pendidikan setiap individu memiliki wadah untuk mengembangkan semua potensi diri yang dimiliki melalui suatu proses pendidikan.

Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan menciptakan lingkungan pendidikan yang positif. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang menjadi rumah kedua bagi siswa. Sekolah merupakan tempat siswa belajar dan mengembangkan diri baik secara akademik maupun nonakademik untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Siswa membutuhkan perasaan aman, dihargai dan diterima oleh guru dan teman-temannya di sekolah. Oleh karena itu, siswa akan belajar dengan lebih baik ketika mereka memiliki persepsi yang positif terhadap sekolahnya.

Lingkungan pendidikan yang positif merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Dalam lingkungan pendidikan yang positif, hubungan yang sehat antara siswa dengan guru dan teman-temannya akan terjalin. Siswa akan ke sekolah dengan perasaan senang karena setiap harinya akan bertemu dengan guru dan teman-temannya. Mari kita bayangkan, jika siswa merasa tidak nyaman dengan gurunya karena merasa sungkan, sehingga tidak tercipta komunikasi dua arah antara siswa dan guru. Belum lagi jika pola interaksi antar siswa juga tidak terjalin dengan baik, seperti masih adanya perilaku bullying, baik itu berupa bullying verbal, fisik, atau tindakan mengucilkan hanya karena adanya perbedaan. Pola interaksi yang tidak sehat antara siswa dengan guru dan temannya akan menyebabkan perasaan tidak nyaman, sehingga dapat menjadi salah satu penyebab menurunnya semangat siswa dalam belajar. Lalu, bagaimana cara menciptakan lingkungan pendidikan yang positif?

Pertama, siswa harus dihargai dan dihormati meskipun memiliki karakteristik khusus seperti perbedaan ras, suku, dan agama. Keanekaragaman inilah yang membentuk keunikan dari masing-masing siswa. Setiap siswa patut untuk diperlakukan sama tanpa adanya tindakan diskriminatif meskipun memiliki keragamannya masing-masing. Hal ini dapat tercapai jika setiap individu memiliki pengetahuan mengenai perbedaan individual. Sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan agar semua siswa dapat belajar mengenai keanekaragaman budaya melalui kegiatan yang menyenangkan. Sehingga warga sekolah memiliki pandangan bahwa setiap individu itu istimewa dengan keunikannya masing-masing.

Kedua, agar siswa dapat belajar dengan tenang, siswa harus merasa aman baik secara fisik maupun psikologis. Siswa harus bebas dari segala bentuk tekanan yang menghalangi kebebasannya untuk mengekspresikan diri. Dengan begitu, siswa berani untuk bertindak dan mengemukakan pendapatnya tanpa khawatir akan adanya penilaian negatif dari orang lain. Contohnya, berikan kesadaran bagi siswa bahwa setiap siswa memiliki prosesnya masing-masing. Jadi, siswa tidak perlu takut atau malu jika masih belum mampu menguasai suatu materi yang sedang dipelajari. Jika hal ini dapat terinternalisasi dengan baik, maka setiap siswa akan menghargai semua upaya siswa lain tanpa saling meremehkan satu sama lain atas kegagalan yang dialami.

Ketiga, adanya kelekatan yang terjalin antara semua warga sekolah. Guru dan semua unit pendukung merupakan orang tua kedua bagi siswa di sekolah, sedangkan teman-temannya di sekolah layaknya saudara bagi siswa. Kelekatan dapat terbentuk ketika adanya sikap saling menghargai, memahami, dan saling mendukung satu sama lain. Jika kelekatan tersebut sudah terbangun, maka akan membentuk rasa percaya dan perasaan aman pada diri siswa terhadap sekolah. Hal ini dapat diterapkan mulai dari hal yang sederhana, yaitu penerapan budaya senyum, sapa, salam, sopan dan satun dalam berinteraksi. Pola interaksi tersebut dapat menciptakan kehangatan dan rasa kekeluargaan antarwarga sekolah.

Keempat, menumbuhkan sifat untuk terus belajar agar dapat tumbuh dan berkembang bersama. Setiap siswa pasti memiliki tingkat capaian kemampuannya masing-masing. Ada yang dapat memahami suatu materi dengan sekali pemaparan dan ada yang harus berlatih berkali-kali terlebih dahulu. Ini merupakan hal yang wajar, asalkan setiap siswa memiliki rasa pantang menyerah dan semangat belajar yang tinggi. Hal yang dikhawatirkan justru adalah ketika terdapat siswa yang semangat belajarnya makin menurun karena merasa dirinya terlalu tertinggal dari teman-temannya yang lain. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh guru. Ketika capaian kemampuan siswa terlalu jauh berbeda, guru dapat membentuk kelompok belajar dengan skema peer teaching. Siswa yang capaian kemampuannya lebih baik diarahkan untuk membantu teman lainnya untuk belajar bersama. Hal ini dapat menumbuhkan sifat kepedulian antarsesama siswa. Siswa akan menyadari bahwa setiap dari mereka memiliki tingkat capaiannya masing-masing. Tujuan akhirnya agar semua siswa dapat belajar bersama untuk mencapai tujuan yang serupa.

Kelima, semua warga sekolah bersama-sama menjalankan dan menginternalisasikan budaya sekolah yang menjadi landasan bersama dalam bersikap dan berperilaku. Setiap sekolah pasti memiliki budaya dan norma sekolah yang menjadi visi dan misi bersama. Budaya sekolah yang disusun pasti berupa nilai-nilai positif yang berfungsi untuk menjaga kualitas dan mutu dari sekolah itu sendiri. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf dan siswa (Setiyati, 2014).

Budaya sekolah merupakan rujukan warga sekolah dalam bersikap dan memandang suatu hal, karena didalamnya terdapat nilai-nilai penting yang menjadi keyakinan bersama. Jika terdapat warga sekolah yang tidak menerapkan budaya sekolah yang berlaku, maka akan terjadi gesekan-gesekan yang membuat dinamika interaksi menjadi kurang harmonis. Oleh karena itu, nilai-nilai dalam budaya sekolah inilah yang menjadi pendorong kesadaran bagi semua warga sekolah dalam berperilaku sehingga menciptakan sikap-sikap positif yang diharapkan dapat menciptakan perilaku yang harmonis antar seluruh warga sekolah.

Seluruh stakeholders di sekolah memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang positif. Ketika setiap individu di sekolah mampu menumbuhkan budaya sekolah yang positif, maka siswa akan memiliki persepsi yang positif terhadap sekolah. Hal ini akan membuat siswa nyaman dan merasa aman berada di lingkungan pendidikan tersebut sehingga menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar dan berprestasi.[]

Penulis adalah Konselor Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe

*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 15/02/2021

You may also like

Leave a Comment