Home » Etika dan Sekolah

Etika dan Sekolah

by Pusdatin
1 comment 222 views

Oleh: Masyitah, S.Pd.*

Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral, yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok untuk mengatur perilaku. Seseorang akan dikatakan baik jika etika dan perilakunya baik, dan sebaliknya. Anak yang mempunyai etika yang baik merupakan dambaan setiap orang tua. Karena itu para orang tua mengajarkan hal-hal yang baik untuk si buah hatinya. Pendidikan dasar pertama sekali sepatutnya didapatkan oleh para anak di rumah dari kedua orangtua. Para orangtua tentu rela berjuang dan berkorban siang dan malam untuk mengasuh, memelihara, melindungi, dan mendidik anaknya. Walaupun manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah dengan kondisi yang suci, murni, dan bersih tanpa mempunyai dosa, dalam perjalanan hidupnya akan muncul berbagai tantangan dan kendala untuk mempertahankan kondisi ini.

Tahapan Pertumbuhan

Tahapan pertumbuhan seorang anak dimulai dari masa Bayi Baru Lahir (newborn) yaitu usia sejak dilahirkan sampai usia satu bulan. Tahapan berikutnya adalah periode Bayi yaitu masa dari usia satu sampai dua belas bulan. Dilanjutkan periode Batita yaitu usia satu sampai dibawah tiga tahun, Balita yaitu usia tiga sampai dibawah lima tahun dan Anak-anak yaitu periode usia yang telah mencapai enam hingga dua belas tahun ketika mereka sudah mulai mengenyam pendidikan di sekolah. Pada usia sekolah (usia SD) ini, anak-anak cenderung dapat memecahkan masalahnya sendiri. Mereka telah cukup berpengalaman menghadapi dunia luar yang penuh dengan hambatan dan rintangan dan belajar dari lingkungannya tersebut.

Anak-anak pada usia ini telah mampu mengolaborasikan pendidikan dari rumah dengan ilmu baru dari lingkungan sekitar. Mereka banyak sekali mengadopsi perilaku orang-orang di sekitar. Bahkan mereka cenderung membawa pulang ke rumah “pelajaran” yang mereka dapatkan di lingkungan mereka baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Selain di lingkungan tepat tinggalnya, Sekolah juga merupakan rumah kedua bagi anak-anak dalam usia ini. Mereka mendapatkan banyak teman baru, guru baru, dan suasana baru di sekolah. Mereka mengenali berbagai macam teman dengan karakter yang berbeda-beda. Hal ini tentunya terus memperkaya khazanah keilmuan dan pengalaman para anak manusia ini.

Tahap perkembangan Remaja dimulai ketika anak berusia tiga belas sampai dengan lima belas tahun (usia anak SMP). Pada tahapan ini, anak-anak bersifat labil baik pikiran, tindakan maupun emosinya. Mereka susah ditebak. Terkadang secara tiba-tiba mereka bersikap dan berfikir layaknya orang dewasa, namun dalam waktu yang lain mereka bisa juga meraung-raung dan meledakkan emosi secara spontan dan tak terkendali layaknya sikap anak kecil pada tahap batita. Dalam usia ini, mereka sedang mencari jati diri yang sebenarnya. Mereka sedang mencari dan membutuhkan tempat berlabuh layaknya sebuah kapal laut yang sedang bingung terombang-ambing di lautan badai emosi sehingga mendambakan sebuah pelabuhan untuk berlabuh agar bisa menenangkan diri. Jika salah diasuh, maka anak dalam usia ini beresiko akan salah jalan dalam proses mereka dewasa nantinya.

Etika dan Sekolah

Terlihat jelas bahwa seorang anak yang mempunyai etika yang baik, akan disenangi dan disayangi oleh orang lain bahkan mempunyai teman yang banyak. Sedangkan anak yang mempunyi etika yang buruk, cenderung akan dijauhi dan hanya akan mendapatkan teman yang berperilaku sama dengan dirinya sendiri. Berikutnya, mereka cenderung akan bersikap eksklusif dan hanya bergaul dengan golongan tertentu; yaitu anak-anak yang mempunyai kelakuan yang identik dan kebiasaan yang sama. Hal ini tentu akan menjadikan mereka semakin terpapar dengan hal-hal yang kurang baik dari lingkungan tersebut. Jika sudah demikian, maka harapan untuk bisa mengasuhnya sesuai dengan norma yang diinginkan akan semakin sulit.

Ditambah lagi dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini, selain di dunia nyata, anak mempunyai teman lain di dunia maya. Mereka bisa berkomunikasi dengan lebih leluasa tanpa diketahui oleh orang-orang di sekitarnya. Kontrol sosial di dunia maya bisa dikatakan tidak ada. Bahkan, mereka ditakutkan terpapar dengan hal-hal yang lebih buruk jika pergaulan di dunia mayanya semakin luas dan demikian eksklusif. Seterusnya, karena sudah terlena di dunia maya, anak mempunyai kesulitan tertentu dalam berkomunikasi dengan orang lain secara nyata yang notabenenya lebih terkontrol. Anak akan lebih nyaman dengan teman dan dunia mayanya yang tanpa aturan sehingga ia terus terjerumus dalam dunia tanpa batas tersebut. Situasi itu ditakutkan akan sangat mempengaruhi perkembangan karakter dan sikap seorang anak.

Hal ini menjadi tantangan untuk semua kalangan masyarakat, baik orang tua di rumah, guru di sekolah, maupun orang-orang di lingkungan sekitar. Tugas kita bersama untuk membentuk anak-anak kita menjadi seorang generasi penerus bangsa yang hebat, cerdas, dan berakhlak mulia. Untuk mewujudkan impian ini tentunya bukanlah perkara yang mudah. Perlu adanya kerjasama yang baik, khususnya antara orang tua dan guru di sekolah. Kedua pihak diharapkan saling berkoordinasi melaporkan dan memperbincangkan perkembangan anak-anak. Selain itu, orang tua dan guru juga dapat memberikan keteladanan yang mulia kepada anak, sebab sosok dan tingkah laku mereka akan diikuti, ditiru dan digugu oleh anak. Guru dan sekolah merupakan partner penting bagi orang tua dan masyarakat dalam mendidik anak.

Akhirnya, sebagai orangtua, janganlah enggan dan sungkan untuk berkoordinasi dan berkolaborasi terkait perkembangan apa saja dari para anak. Sesering mungkin orangtua patut menyediakan waktu untuk menghubungi  guru di sekolah, agar komunikasi dua arah bisa terbangun dan terjalin dengan baik. Jika hal ini bisa terwujud dalam jangka panjang, maka impian akan keberhasilan seorang anak dapat dicapai, tentunya diiringi dengan kebaikan etika dan pancaran akhlaqul karimah. Wallahu a’lam.

————

Masyitah, S.Pd. adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SMP Sukma Bangsa Bireuen.

You may also like