Oleh: Maina Sara, M.A.*
Setiap sekolah identik dengan guru dan siswa. Selain sosok-sosok tersebut sebenarnya masih ada posisi lain yang tidak kalah pentingnya, seperti laboran, tenaga admnistrasi sekolah, tenaga perpustakaan, dll. Semua posisi itu merupakan stakeholder sekolah yang terlibat dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi siswa. Selain sebagai unit pendukung sekolah, posisi selain guru tersebut dapat dijadikan sumber dan media pembelajaran pengembangan skill untuk siswa dalam bentuk hardskill maupun softskill. Hardskill merupakan kemampuan teknis siswa yang erat kaitannya dengan intelligence quotient (IQ), sedangankan softskill merupakan kemampuan siswa dalam bentuk manajemen dan pengelolaan diri serta kemampuan berhubungan dengan orang lain dalam bentuk emotional quotient (EQ).
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat (Ki Hajar Dewantara) mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi guru dan setiap rumah bisa menjadi sekolah. Siswa dalam memperluas wawasan dan pengalamannya bisa belajar di mana saja dan dengan siapa saja. Sekolah dalam hal ini perlu mendukung dan memfasilitasi usaha merperkaya wawasan dan keahlian siswa dengan menginisiasi program-program yang sesuai dengan minat para siswa. Begitu pula siswa, potensi yang dimiliki pribadi ditambah fasilitas dan pengalaman yang mumpuni dari sekolah dapat dimanfaatkan untuk mengasah keahlian-kehlian tertentu yang nantinya bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya untuk mereka sendiri tetapi juga untuk membantu orang lain.
Program Keahlian
Setiap sekolah punya ciri khas tersendiri dalam mengembangkan keahlian anak didiknya. Sekolah kejuruan tentu tidak asing lagi dengan model pembelajaran yang berbasis keahlian spesifik. Para siswa dengan mudah mendapatkan materi pembelajaran dan fasilitas serta media khusus terkait keahlian-keahlian tertentu. Sekolah Sukma Bangsa Bireuen (SSBB) sedang berusaha dan mengembangkan program-program berbasis minat dan keahlian siswa. Untuk itu, SSBB mengadakan program pembelajaran pengembangan skill yang diberi nama program vokasional dan magang. Program vokasional yang dibuka yaitu Cooking Class, Hydroponics Class, Mechanic Class, Driving Class dan Data and Programming Class. Sedangkan untuk Magang terdiri dari magang Administrasi dan Keuangan di bagian Tata Usaha (TU), Konselor Sebaya di divisi Pusat Konseling (Pusling), Pustakawan Cilik di Perpustakaan, dan Kesehatan dan Sanitasi di Klinik Sekolah.
Ada banyak sekali pengalaman istimewa dalam menjalankan program pengembangan keahlian siswa ini. Demikian halnya pengalaman mengasuh siswa magang di Bagian Tata Usaha. Siswa Magang di divisi Tata Usaha mendapatkan pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi sekolah (TAS). TAS merupakan unit pendukung yang memiliki fungsi utama yaitu pelayanan bagi internal sekolah, eksternal sekolah, warga sekolah dan warga masyarakat yang memiliki hubungan dengan sekolah. Sebelum melaksanakan tugas magang di Bagian Tata Usaha, siswa tersebut diberikan arahan dan gambaran tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan tenaga administrasi sekolah.
Disamping mempelajari tentang administrasi, keuangan dan perkantoran, para peserta magang juga mempelajari cara memberikan pelayanan yang baik dan prima. Priadi Surya dalam penelitiannya (2012:6), mengungkap bahwa pelayanan prima erat kaitannya dengan budaya kerja atau budaya sekolah. Budaya sekolah terimplementasi dengan pendidikan karakter dari nilai, prilaku dan sikap yang dimunculkan dalam memberikan pelayanan kepada warga sekolah. Hal ini sangat essensial berguna bagi siswa terutama dalam peningkatan soft skill mereka baik dalam pembentukan interpersonal yaitu pembentukan karakter siswa terutama dalam interaksi sosial dengan orang sekitar maupun intrapersonal yaitu pembentukan karakter diri mereka sendiri menjadi lebih baik. Selama melaksanakan masa magang di Bagian Tata Usaha, siswa terlihat sangat semangat dan antusias, hal ini tidaklah mengejutkan mengingat mereka sedang menjalani minat mereka sendiri. Rasa penasaran yang selama ini mereka simpan terlihat jelas dari pertanyaan yang diajukan pada sesi pemaparan konsep dan usaha besar ketika praktek di lapangan.
Selaras dengan kebijakan Kemendikbud tahun 2019 tentang merdeka belajar, bagian Tata Usaha SSBB telah menjadi salah satu fasilitas dan media yang baik bagi pembelajaran terutama siswa yang berminat pada bidang administrasi, keuangan dan perkantoran. Konsep Ki Hajar Dewantara, “semua bisa menjadi guru”, sangat relevan dengan kebijakan Pemerintah yang tertuang dalam slogan merdeka belajar bahwa siswa dapat belajar dengan siapa saja, di mana saja dan kapan saja. Budaya ingin terus belajar dan berkembang haruslah terus digalakkan dan dikampanyekan kepada seluruh murid. Stay hungry, stay foolish milik Steve Job sang penemu teknologi Apple patut terus digaungkan kepada para pembelajar. Kata-kata tersebut diharapkan tidak hanya mendorong para siswa akan tetapi seluruh warga sekolah untuk tetap haus akan ilmu. Tentunya dibuktikan dengan usaha konkrit dengan cara belajar di mana saja, kapan saja dan dengan siapa aja. Wallahu a’lam.
————
Maina Sara, M.A.* adalah Kepala Tata Usaha Sekolah Sukma Bangsa Bireuen