Home » Menjadi Role Model Pendidikan

Menjadi Role Model Pendidikan

by Pusdatin
0 comment 185 views

Oleh Nanda Riasuryani S.Pd*

Membahas pendidikan saat ini merupakan sesuatu yang sangat kompleks karena hampir seluruh dimensi kehidupan manusia terlibat dalam proses pendidikan. Sebagaimana tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini dapat diartikan bahwa tujuan pendidikan untuk mengembangkan manusia agar menjadi insan yang berguna dan memiliki kecakapan hidup.

Salah satu sarana untuk mewujudkan tujuan pendidikan adalah adanya sekolah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sekolah adalah bangunan atau lembaga serta tempat menerima dan memberi pelajaran, akan tetapi dengan kemajuan teknologi dan zaman yang sangat cepat dapat memengaruhi dunia pendidikan, dan tentunya akan berdampak terhadap kebijakan di sekolah. Terlalu banyak konsep dan gagasan yang diambil dengan dalih percepatan sumber daya manusia tapi hasil dalam lapangan menggiring keterlambatan dalam melahirkan intelektual yang diharapkan, serta melahirkan generasi muda yang pintar secara instan.

Banyak berita yang mengiris hati, bahkan mencoreng tujuan pendidikan itu sendiri sering terjadi dewasa ini. Misalnya, yang terjadi di Pekan Baru, Riau, seorang guru ditampar dan ditodong pistol oleh orang tua siswa karena tak terima anaknya ditegur. Itu cuma satu dari sederet cerita lainnya yang sangat pilu untuk dibicarakan.

Peristiwa-peristiwa tersebut sungguh bertolak belakang dengan bangsa kita, bangsa yang memegang teguh terhadap nilai-nilai norma yang menjunjung tinggi kesopanan, keadilan, kejujuran dan lainnya. Lantas apa yang bisa kita lakukan agar hal hal tersebut tidak terulang lagi? Untuk menghasilkan generasi muda yang berkualitas, yang mampu bersaing secara sehat, yang memiliki kepintaran dengan proses yang benar yang mampu menopang estafet kepemimpinan bangsa haruslah memiliki pedoman, suri teladan, dan contoh yang baik bagi generasi muda.

Dalam kasus seperti ini guru berperan sangat penting. Guru menjadi tombak utama dalam melahirkan generasi muda. Pertanyaannya, guru seperti apa yang baik? Bagaimana menjadi seorang guru yang dicintai oleh muridnya? Bagaimana menjadi teladan sehingga para pendidik memiliki karakter yang bertanggung jawab?

Menjadi seorang guru tidak cukup hanya memosisikan diri sebagai pengajar, tetapi juga harus memosisikan diri sebagai pelajar. Ini merupakan awal solusi dari pertanyaan-pertanyan di atas. Mengapa demikian? Saat menjadi seorang guru fokus utama kita adalah menyampaikan materi dan memastikan materi tersebut dapat dipahami oleh muridnya. Kenyataanya tugas guru bukan hanya sekadar memberi materi, memberi tugas atau sekadar masuk ke dalam kelas.

Guru harus bisa memahami murid-muridnya, guru harus mampu menumbuhkan dan memaksimalkan apa yang ada dalam diri pribadi sang anak, guru juga harus menanamkan ilmu sopan santun, etika, dan karakter. Karena saat kita mampu mengerti kebutuhan murid-muridnya yang sebagaimana kita ketahui bahwa setiap murid memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda, maka murid tersebut kemungkinan besar akan menjadikan gurunya role model dalam hidupnya.

Untuk bisa menjadi role model bukanlah pekerjaan gampang, tidak semudah membalikkan telapak tangan, banyak rintangan dan hambatan yang pasti akan bertemu dalam perjalanannya. Refleksi saya selama mengajar di Sekolah Sukma Bangsa tidaklah gampang menjadi role model yang dicintai oleh anak-anak, saya harus masuk dalam dunia mereka, melihat kemampuan mereka dan tentunya saya harus bisa menjadi teman, orang tua, dan figur yang baik untuk mereka.

Namun, bukan berarti para guru harus berhenti dalam mendidik murid-muridnya, semangat untuk terus menebarkan kebaikan dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta meminimalisir peristiwa yang memilukan antara guru dan murid. Para guru dapat melihat dari pengalaman para guru senior sebelumnya, mengambil hikmah di setiap kejadian maupun melihat dari hasil penelitian para ahli.

Salah satunya dapat kita lihat dari hasil penelitian Edward Sheffield (Edward Sheffield, Teaching in the Universities No One Way, 1974); 1) Menguasai bahan yang diajar dan memiliki kompetensi, 2) Pengajar dipersiapkan dengan baik dan memiliki organisasai pengajaran secara teratur, 3) Pelajar harus dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, 4) Mendorong murid untuk bertanya dan memberikan opini, 5) Antusias tentang subyek yang diajar, 6) Dapat didekati murid, bersahabat dan terbuka, 7) Peduli terhadap kemajuan siswa, 8) Memiliki sifat humoris, 9) Sangat, baik dan simpati, 10) Menggunakan alat-alat atau media secara efektif.

Pernyataan di atas dapat kita jadiakan acuan untuk menjadi guru yang baik dan berkarakter yang dicintai oleh murid-muridnya. Namun, tetap menjadi seorang yang bijaksana dan dihormati oleh murid-muridnya.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa guru selain harus menjadi konselor dan pendengar yang baik juga harus memberi solusi yang tepat untuk setiap masalah yang dihadapi muridnya. Maka ketika menjadi guru, hindari untuk bersifat sarkatik dan melukai perasaan dalam menghadapi kenakalan yang dilakukan seorang siswa, ini sangat penting harus ditanamkan dalam diri seorang guru, pembawaan seorang guru sangat memengaruhi kenyamanan siswa kepada guru.

Menjadi guru adalah sebuah seni, guru menciptakan sebuah karya tapi karya yang diciptakan bukanlah sebuah benda, melainkan seorang insan yang memiliki akal, jiwa, karakter yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Seorang guru harus memilih: menjadi seniman yang menghasilkan karya yang dapat mengubah bangsa menjadi lebih baik atau melahirkan insan yang menjadi momok untuk negeri?[]

Penulis adalah guru asuh putri Sekolah Sukma Bangsa Pidie

*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 02/03/2021

You may also like